Amsterdam (Pengalaman Pertama)

Posted: November 7, 2016 in LIVING
Tags:

Maaf kalau tulisan saya ini sangat terlambat, dikarenakan kemarin-kemarin belum sempat menulis. Dan menganggap menulis tidak bermanfaat. Tapi sekarang saya paham betul manfaatnya menulis. So here it is, pengalaman dan kesan pertama saya tiba di Amsterdam.

Saya tiba di Bandara Internasional Schipol, 22 Agustus 2016 pagi pukul 7.30 waktu Amsterdam, suhu sekitar 19 derajat celcius, saat itu Amsterdam masih mengalami musim panas (summer). Dengan pesawat Garuda Indonesia, setelah melewati sekitar 13 jam perjalanan nonstop.

Bila ada yang mengatakan Schipol lebih modern dari bandara lainnya, saya tidak setuju, namun yang saya pahami, Schipol memiliki karakteristik modern dan efektif dan efisien. Mungkin itu yang menjadi kesan yang melekat atas semua yang ada di Belanda, khususnya Amsterdam. Jadi benar, bandara adalah gerbang dan etalase suatu negara. Saya contohkan Changi Airport yang terkenal modern, dan wah. Namun saya pikir kurang efisien. Itu menunjukkan juga Singapura yang penuh simbol-simbol “mercusuar”. Terlepas dari memang Singapura adalah negara yang high-tech dan high-end. Namun, banyak faktor yang menurut saya adalah pemborosan yang tidak perlu.

One Stop Service – On Campus

Kembali ke Amsterdam. Saya mengikuti layanan antar gratis  yang sudah disediakan oleh pihak kampus pada tanggal tertentu mahasiswa internasional tiba di Amsterdam. Pemilihan tanggal penerbangan saya sesuaikan dengan layanan ini. Lumayan kan gratis tidak perlu keluar uang untuk taksi, dan resiko nyasar. Layanan ini menggunakan bis, dan meliputi pengantaran ke asrama (housing), pendaftaran city hall di kampus, dan pemberian kartu mahasiswa. Jujur saja saya cukup lelah dengan proses pengurusan ini, bayangkan 13 jam di pesawat, belum perjalanan dari rumah ke Bandara Soekarno Hatta. Sekarang saya harus mengantri untuk pengurusan macam-macam.

Awalnya saya kurang terkesan dengan pelayanan yang menurut saya kurang maksimal, namun saya tekankan dalam diri saya, di mana tanah dipijak di situ langit dijunjung. Jadi ya, saya ikuti saja lah, prosedur-prosedur pelayanannya.

Setelah menyelesaikan pengurusan administrasi perkuliahan, saya diantarkan menuju asrama (housing).

Housing (Accomodation)

Saya tiba di surga saya selama setahun (rumah kontrakan) yang telah saya sewa dengan kontrak dari link perusahaan penyalur akomodasi dari kampus. Sebagai catatan, sangat sulit mendapatkan akomodasi di Amsterdam. bahkan sampai 3 bulan saya tinggal, masih ada rekan-rekan kampus saya yang belum mendapatkan asrama/akomodasi resmi, sehingga mereka menyewa di tempat lain dengan harga tinggi.

Ada pengalaman unik dari saya dalam mendapatkan akomodasi sekarang, saya mendaftar kira-kira pada awal juni. Dan baru diberikan tawaran pada awal juli (sebelum lebaran). Link yang disampaikan berupa tawaran, saya buka link tersebut pada malam hari sebelum tidur, terdapat puluhan pilihan akomodasi. Saya buka kembali link tersebut pada saat sahur (sebelum subuh) dan pilihannya menyusut menjadi tinggal 1 buah tawaran. Alhasil saya mau tidak mau memilih tawaran tersebut. Harganya cukup lumayan sekitar 500an Euro (di satu sisi ini terbilang mahal, kita mengkonversinya dengan rupiah sekitar 7,5 jutaan sebulan, juga dikalkulasi dengan allowance beasiswa sekitar 40% -nya). Terdiri dari 1 unit apartemen di wilayah Zuiderzeeweg. Sekitar 4 km dari kampus.

Zuiderzeeweg adalah lokasi pengembangan baru yang dibangun  di pulau reklamasi yang terdiri dari gedung-gedung akomodasi seperti apartemen 5 lantai..

Kelebihan dari akomodasi saya adalah private facility, jadi dapur, ruang tamu dan ruang makan, kamar mandi sendiri. Kelebihan ini juga bisa jadi kekurangan, karena akhirnya saya terisolasi dari interaksi dengan teman-teman lain. Beruntung saya punya tetangga yang cukup baik. Kelebihan lain adalah akses internet yang super cepat. Saya tidak pernah menemukan akses wifi langganan secepat ini kecuali di Indonesia kecuali di kantor ketika tidak sedang peak season, hanya saja,  kita perlu menyediakan router sendiri bila ingin memasang wifi.

Kekurangannya adalah, dengan harga 500an Euro  dan private facility (bila dibanding pasaran yang sekitar 600-900 Euro), pasti ada kekurangan, yaitu lokasi. Meskipun jaraknya hanya 4 km dari kampus, namun dapat dikatakan lokasi housing saya ini jauh dari peradaban. Ya ke supermarket terdekat juga 3 km. Jadi saya harus pintar-pintar stock persediaan makanan dan perlengkapan sehari-hari. Karena jam 9 malam sebagian besar supermarket sudah tutup. Kekurangan lain adalah tidak adanya elevator meskipun terdiri dari lima lantai. beruntung saya mendapatkan unit di lantai 2.

Untuk kebutuhan laundry, ada tempat laundry umum yang dapat dibooking online. Harga sekali mencuci 1,75Euro. Sepanjang saya tinggal sampai sekarang, saya membutuhkan laundry seminggu sekali.

 

 

 

 

Comments
  1. Adawiyah says:

    Good luck. Titip salam especially untuk tulip. 😊

Leave a comment